Tiga hari berada di Seminari Mertoyudan untuk mengikuti temu seminaris, satu pengalaman tersendiri yang tak terlupakan, bisa bertukar cerita,pikiran,dan pengalaman dalam mencoba menjawabi panggilan Tuhan. Selain bisa mengenal banyak teman dari berbagai budaya, di sana saya belajar untuk mengenal ke “khas” an masing-masing seminari.
Dalam mencoba untuk menjawabi panggilan Tuhan tentunya kita tidak bisa berjalan sendiri tanpa sosok teman atau sahabat, banyak dari teman seminaris mengalami dilema, saya mengartikan dilema sebagai kesulitan atau keraguan dalam memilih jika dihadapkan pada sebuah pilihan. Memilih kemanakah atau apakah yang menjadi tindakan untuk menciptakan satu kebahagiaan. Setelah kita memilih tentunya kita dihadapkan lagi dengan satu konsekuensi dari sebuah pilihan untuk berani menanggung segala resiko atas pilihan hidup kita,namun kita lebih sering takut untuk menjalankan konsekuensi itu, bagi saya pribadi disinilah kehadiran seorang teman sangat di perlukan untuk saling menguatkan satu dengan yang lainnya,sahabat dalam panggilan sangatlah membantu dalam melewati masa padang gurun,masa yang paling membosankan, kering dan tidak bergairah lagi.
Yongki & Frater Eli |
Kita tahu bahwa kita mempunyai rasa khawatir dalam diri kita,jika kita berbuat sesuatu, entah itu baik atau buruk. Memang seharusnya seperti itu,jika kita tidak memiliki tubuh, tentunya kita tidak akan bisa merasakan rasa khawatir. Kita bisa megatasi rasa khawatir itu dengan sharing, curhat atau dengan kegiatan lainnya karena dalam hidup,kita bersama teman kita dapat saling merancang hidup dengan baik agar dapat terus bertumbuh dan berkembang dalam satu panggilan mencapai imamat yang sejati.
Bagi saya pribadi jumpa seminaris adalah salah satu tempat dimana persaudaraan dan persahabatan mulai dibangun dan dibina dan menjadi bibit kolegialitas bagi calon-alon imam masa depan.
Dan dengan demikian seminaris bisa saling mengenal, dan menjalin satu relasi dan komunikasi yang baik sampai menjadi imam.
by yongki
No comments:
Post a Comment