Ketika orang memuji prestasiku yang menggunung, talentaku yang berlipat
Kukatakan bahwa semua ini hanyalah anugerahNya, hanyalah titipanNya
Sekedar mengatakan bahwa aku cukup tahu diri dan rendah hati
Kukatakan bahwa diriku hanyalah alat di tanganNya
Sebatang pensil untuk menulis, yang dikerat runcing
Seonggok tanah liat untuk periuk, yang dilembabkan, diremas dan dibakar
Sebilah pahat untuk mengukir, yang digodam pada batu
Sebatang buluh tuk bersuling, yang diketam, dilubangi dan dibakar
Kuandaikan diriku dengan apa saja
Sekedar mengatakan betapa sakitnya menjadi alatNya,
Yang berfungsi saat ada sebuah tujuan yang lain
Yang ditakdirkan untuk menghadirkan sebuah keindahan
Kusebut diriku hanyalah milikNya
Kupersilakan Ia memakai seluruh adaku
Lantas kenapa sekarang aku marah ketika proses itu tak sesuai harapanku
Kenapa aku berontak saat proses itu tidak menyenangkanku
Bukankah Ia bebas memakai apa yang menjadi milikNya itu?
Kutolak segala sakit dan derita
sekedar mengatakan bahwa semua harus berjalan sesuai mauku
Lantas apa yang tersisa jika untuk semua itu aku masih tak pernah beranjak dewasa?
No comments:
Post a Comment