We sing our committed life ever since the very beginning of our age. We wrote our memories of this place, drew our faces in every corner of its building. We long to go back for that memories and path. Committing to a particular path in life comes more easily when you know what you're committing to and who or what will support you along the way. It's the
beauty of being a SEMINARIAN.

FUND RAISING JAKARTA - 28 & 29 JULY 2012

Sabtu, 28 Juli 2012 sore dan Minggu, 29 Juli 2012, Rm Deni akan memimpin misa 5 kali di Paroki Santa Perawan Maria Blok Q, dan Rm Tanto 4 kali misa di Paroki Aloysius Gonzaga Cijantung Jakarta. Mohon doa dari semua teman sekalian supaya lewat kegiatan ini Seminari Tuka diberkati dengan limpah.

Selamat akhir pekan.

Terima kasih

Saturday, July 28, 2012 (afternoon) and Sunday, July 29, 2012, Rm Deni will lead the mass (five times) in the Parish of the Blessed Virgin Mary Block Q, and Rm Tanto (four times) in the Parish of Aloysius Gonzaga at Cijantung Jakarta. Expecting prayers from all friends so this activity may bring abundant blessings for Seminary Tuka.

Happy weekend.

Thank you

Search This Blog

Gerakan Orang Tua Asuh Seminari Tuka Bali

Gerakan Orang Tua Asuh Seminari Tuka Bali
Let's Participate! Contact: seminaritukabali@gmail.com

Wednesday, October 12, 2011

Hasil Diskusi Terbatas Memperingati 50 thn Hirarki Episkopal Gereja Katolik Indonesia


Para Rama Ytks
 
Saya sharingkan hasil diskusi terbatas tgl 12 Oktober 2011 di KWI, memperingati 50 tahun hirarki episkopal Gereja Katolik Indonesia sejak dikeluarkan Konst Apostolik "Quod Christus Adorandus" tgl 3 Januari 1961 oleh Paus Johanes XXIII. Kiranya beberapa poin refleksi di bawah ini bermanfaat bagi kita para imam selaku pembantu Hirarki Gereja Katolik.

1. Makna anugerah dengan dikeluarkan Konst Apost Quod Christus Adorandus adalah ssuatu pengakuan Takhta suci akan kesanggupan Gereja Katolik di Indonesia sanggup mandiri sebagai Hirarki. Artinya Gereja Katolik mampu menjamin kelangsungan keberadaanya, mampu menjalin komunikasi sebagai komunio umat beriman, mampu menjalankan karya misi ke dalam dan ke luar, mampu berkembang menjadi Gereja pribumi, mampu menjadi Gereja yang tidak terpisahkan dari masyarakat bangsa Indonesia.

2. Dalam konteks ini setelah 50 tahun kita ingin merefleksikan, mengevaluasi keberadaan kita sebagai Gereja Katolik terlebih sebagai Hirarki. Kitab Suci dan dokumen Gereja selalu menekankan sifat pengabdian/pelayanan hirarki; memperdalam makna hirarki dan mengusahakan perilaku yang sesuai dengan tuntutan zaman (Mgr Hadisumarto O.Carm)

3. Ada beberapa pokok yang perlu mendapat perhatian kita sebagai imam:
    a. Gereja sebagai komunio umat beriman kristiani tertahbis maupun tidak terhabis (klerus, awam, religius) hendaknya saling bekerjasama, bersinergi saling mendengarkan dan meneguhkan dalam panggilan serta misi Gereja Katolik. Hal ini ditekankan agar tidak terjadi hal berikut ini: "kita baik awam maupun pastor paroki dan para religius sama sama kerja tetapi belum bekerja bersama-sama. Mungkin para rama paroki mendengar persoalan hidup umat dan masayarakat tetapi belum mendengarkan, tahu tetapi belum mengetahui...." (hasil penelitian pendekatan kualitatif menggunakan teknik in depth interview dan group interview, presentasi Francisia SSE Seda, Ph. D). Tidak semua paroki di dalam melaksanakan kehidupan mengGereja termasuk pelayan pastoral Paroki memiliki metode dan proses komunikasi setara. Kesibukan pastor akibat multitasking mengakibatkan pelayanan kepada umat tidak optimal. Maka proses sinergitas dan komunikasi menjadi hal penting dalam membangun Gereja Katolik sebagai persekutuan umat beriman.

    b. Gereja Katolik yang semakin mengindonesia perlu menunjukkan keberpihakan. "Kalau Gereja dekat dengan orang miskin siapa saja akan datang, kalau Gereja hanya dekat dengan orang kaya orang miskin tidak akan datang". Kemiskinan disoroti oleh narasumber Ibu Sri Palupi khususnya wilayah Papua dan NTT dimana mayoritas umat katolik berada di wilayah tersebut. Para pastor hendaknya melihat situasi dan kebutuhan umat yang nyata (real need) bagaimana caranya mengentaskan kemiskinan, bagaimana umat bisa sehat dan dapat memperoleh pendidikan secara baik dan bermutu. Pendidikan penting bagi masa depan Gereja Katolik khususnya di Papua dan NTT perlu tindakan yang serius. Maka Ibu Palupi menekankan pentingnya solidaritas, adanya sense of crisis, bela rasa terhadap yang menderita, miskin, marjinal. Sejak seminari perlu dibina aspek solidaritas, belarasa, kepedulian terhadap yang berkekurangan. Menumbuhkan harga diri bahwa kita bisa keluar dari kemiskinan dan kebodohan. Kita bangun komunitas yang sadar adanya duka dan penderiaan umat.

    c. Kepemimpinan dalam Gereja Katolik, perlu adanya saling mendengarkan, mendukung dalam pelayanan pastoral yang berkarakter. Integritas pelayan pastoral mendapat tekanan dalam membangun Gereja Katolik yang mengindonesia (Rm Madya SJ: berpatoral seluas realitas kehidupan dengan penuh integritas), kepemimpinan yang partisipatif melibatkan semua pihak dan terlebih pastoral adalah karya Allah. Untuk itu perlu ada keseimbangan, menjadi pemimpin yang inspiratif demi menjawab kerumitan dan kesimpangsiuran zaman ini (P. John Prior SVD).

    d. Ecclesia Semper Reformanda (Gereja yang selalu membarui diri sesuai dengan tuntutan zamannya), ada dorongan agar para imam dan hirarki terbuka untuk melibatkan awam yang profesional dalam menjawabi tantangan zaman agar kehadiran Gereja sungguh terasakan bagi umat dan masyarakat. Maka perlu kerjasama antara hirarki dan awam. tempat hirarki tidak lagi di atas awam melainkan sejajar, setara sesuai ajaran KV II dan KHK 1983 (Gereja sebagai umat Allah). Agar Gereja relevan dan signifikan perlu usaha terus menerus karya katekese, pembinaan iman secara serius-kontinyu sejak usia dini hingga lansia. Menjadi katolik yang seratus persen dan warga negara Indonesia yang seratus persen perlu diperjuangkan terus menerus maka dokumen ASG, Nota Pastoral KWI, SAGKI perlu ada implementasi yang sungguh nyata bagi umat, bukan sekedar dokumen yang secara intelektual bagus tapi tindak lanjut, sampai ke akar rumput (KBG, umat di Lingkungan) tidak ada. Peran hirarki, pastor sangat penting dalam hal ini (perlu perhatian bagi pembina calon imam). Maka mari kita mulai dari diri kita sendiri, saat ini dan di sini kita berpijak melangkah menuju harapan cerah Gereja Katolik makin mengindonesia agar kerajaan Allah di bumi pertiwi sungguh terasakan.
 
salam hangat
Kusumawanta