We sing our committed life ever since the very beginning of our age. We wrote our memories of this place, drew our faces in every corner of its building. We long to go back for that memories and path. Committing to a particular path in life comes more easily when you know what you're committing to and who or what will support you along the way. It's the
beauty of being a SEMINARIAN.

FUND RAISING JAKARTA - 28 & 29 JULY 2012

Sabtu, 28 Juli 2012 sore dan Minggu, 29 Juli 2012, Rm Deni akan memimpin misa 5 kali di Paroki Santa Perawan Maria Blok Q, dan Rm Tanto 4 kali misa di Paroki Aloysius Gonzaga Cijantung Jakarta. Mohon doa dari semua teman sekalian supaya lewat kegiatan ini Seminari Tuka diberkati dengan limpah.

Selamat akhir pekan.

Terima kasih

Saturday, July 28, 2012 (afternoon) and Sunday, July 29, 2012, Rm Deni will lead the mass (five times) in the Parish of the Blessed Virgin Mary Block Q, and Rm Tanto (four times) in the Parish of Aloysius Gonzaga at Cijantung Jakarta. Expecting prayers from all friends so this activity may bring abundant blessings for Seminary Tuka.

Happy weekend.

Thank you

Search This Blog

Gerakan Orang Tua Asuh Seminari Tuka Bali

Gerakan Orang Tua Asuh Seminari Tuka Bali
Let's Participate! Contact: seminaritukabali@gmail.com

Tuesday, June 19, 2012

Dia Tersenyum

Perempuan itu berjilbab, menawarkan tiga tangkai mawar dibungkus plastik seharga tiga pound. Wajahnya mengingatkanku pada seseorang di suatu masa di negeriku. Wajah yang sendu, dengan garis resah di dahi. Ini jam sebelas malam. Betapa tak adilnya nasib menelantarkan seorang immigrant Eropah Timur seperti ini dengan bayi dalam selendang di emperan sebuah bar. 
Bibirku tergetar dingin, agak sedikit perih karena pecah. Aku ingat Rosie, wanita 93 tahun yang selalu membuatkan roti katul yang padat untuk makan siangku. Dia suka mawar. Ada banyak mawar dengan aneka warna yang selalu diletakkannya di gelas dekat mesin cuci. Tiap kali dengan jemarinya yang bergetar dia akan menyambut mawarku, dan sambil merekahkan senyum memintaku menyanyikan Ave Maria Lourdes kesukaannya. “You are dead boy, you are dead boy!” sanjungan Irish yang paling sering diucapkannya.

So, kali ini aku memilihkan setangkai warna kuning untuknya seharga dua pound. Perempuan berselendang itu menggumamkan kata-kata yang tidak kumengerti. Berkali-kali diulangnya kata-kata itu. Dan aku hanya mengangguk-angguk mengucapkan terima kasih. 
Kusentuh pipi bayi dalam gendongannya yang tertidur pulas dalam dingin yang menekan. Mungkin perempuan itu memanjatkan limpah terima kasih bahwa ada seorang dungu yang berkeliaran di malam dingin dan membeli setangkai mawar kuningnya dengan harga segelas Guinness. Atau mungkin dia melafalkan doa enteng jodoh seperti yang biasa kudengar di pasar-pasar tradisional di Jawa karena laiknya seorang muda dengan setangkai bunga pastilah untuk seorang kembang hatinya. Entahlah aku tak pasti.

Gerimis mulai turun saat bis terakhir tiba. Kuletakkan badanku di sudut kursi bagian belakang. Seorang gadis dengan model baju masa kini mengintip lalu menunduk. Ada bagian pusarnya yang terlihat dengan lipatan-lipatan lemak. Dia seperti kura-kura yang terpekur dalam tempurungnya. Tapi ada sekilas wajahnya yang lugu terlihat. Dan ingin rasanya aku pergi ke tempatnya duduk, menyorongkan mawar kuning di tanganku untuknya. 
Bus meluncur dalam gerimis, dengan lampu terang benderang. Di ujung sana seorang gadis Chinese sedang terpekur di sebelah jendela. Aku hanya melihat pundaknya yang putih dan seonggok rambutnya yang dipangkas pendek. Tapi wajahnya yang terpantul di kaca seperti menerawang dalam kegelapan di luar sana. Mungkin ia sedang mengkhayalkan sebuah tongkang tradisional di negerinya yang berlayar di tengah sungai dalam gulita..

Tak banyak penumpang sehingga bus meluncur lebih cepat. Air hujan meniti di kaca jendela. Dan tiba-tiba si kura-kura menyembul. Pertama-tama pundaknya tegak, lalu kepalanya dinaikkan, dan terakhir wajahnya menoleh. Bibirnya ditarik memanjang, lalu memamerkan sederatan giginya. Ia tersenyum kepadaku satu-satunya orang di barisan belakang, membuatku seperti tersedak. Itulah senyuman yang buatku berharap bisa bertemu lagi dengannya di suatu ketika. Sebab sesudah senyumnya, ia bangkit dari duduknya, memencet bel, dan memastikan diri untuk segera turun.

Ia larut dalam gelap dan gerimis, membiarkanku dalam kebingungan. Aku lupa membalas senyumnya, atau sekedar melambaikan tanganku, apalagi menyodorkan setangkai mawar kuningku. Pernah saking curious-nya aku mereka-reka umurnya, memberinya nama, dan mencantumkannya dalam daftar relasiku. Suatu saat kunamai dia Rosie karena mawar itu, atau Jolie karena yellow, Rany karena rain, Bussie karena bus, Melly karena smile. Tapi akhirnya kutetapkan untuk menghapus dan melupakannya.
Aku tak pernah mengerti arti senyumnya, dan mengapa ia tersenyum. Setiap kali pulang di malam larut, dalam rute bus yang sama, aku selalu teringat padanya. Kadang kupikir betapa aneh hidup ini. Di malam larut dalam rute bus yang sama sering orang merasa senasib satu sama lain. Orang bisa membagikan senyum satu sama lain tanpa perlu memberi alasan yang jelas. Mungkin hanya ungkapan perasaan bahwa kita sama-sama penumpang dalam bus yang sama, dalam jalur yang sama, engkau atau aku yang turun lebih dulu hanyalah soal waktu.

***********

15 Juni 2012 lalu adalah acara perpisahan untuk 13 siswa kelas XII Seminari Tuka. Sesudah perayaan misa syukur yang dipimpin oleh Rm. Yosef Wora, SVD selaku Vikjen Keuskupan Denpasar, diadakan acara ramah-tamah dan penyerahan piagam tanda lulus dari Seminari Tuka bagi ketigabelasnya.

Angkatan mereka mulanya berjumlah 19 orang di kelas VII, lantas tersisa 6 orang ketika masuk di kelas X dan ketambahan 7 siswa dari SMP luar. Sampai dengan lulus kelas XII, jumlah mereka tetap bertahan 13 orang.  5 orang menyatakan ingin menjadi imam Keuskupan Denpasar. 2 orang ingin kuliah di Fakultas Hukum Unud, 1 orang ingin kuliah di Jurusan Hubungan Internasional Unud, 1 orang ingin kuliah di Fakultas Ekonomi Unud; 1 orang ingin kuliah di Fakultas Hukum UGM; 1 orang ingin kuliah di Fakultas Ekonomi UI; 1 orang ingin kuliah di STPDN Sumedang; dan 1 orang akan kuliah di Lisabon-Portugal.

Tak banyak pembicaraan terjadi malam itu, baik di antara mereka bertiga-belas, maupun mereka dengan adik-adiknya dan para guru. Mereka menjadi lebih pendiam dan lebih banyak melemparkan senyum. Kadang senyum dapat menjadi sarana yang efektif ketika kita tidak tahu harus berkata apa untuk mengungkapkan isi hati.

Selamat atas kelulusan ini. Kini kalian tiba di terminal akhir, saatnya memulai perjalanan yang baru dengan bis serta jurusan yang baru pula. Selamat berjuang untuk mengejar impian dan cita-cita kalian. You are so special in the eyes of God. So proud of you. Faith is what makes us move on! Sebuah senyuman menghantarkan kepergian kalian. (SW)